Senin, 04 Oktober 2010

Belajar dari Sang Ibu

Tak heran jika seorang ibu bertanya kepada seorang anaknya yang sedang kuliah nun jauh dari sisinya. "gimana nak kabarnya di sana? sudah makan? gimana kuliahnya? gimana IPnya? dll seputar kondisi akademik kampus. Pertanyaan itu wajar bagi seorang anak dari ibu tercintanya.

Tapi apa yang terjadi jika Sang Ibu bertanya kepada anaknya dengan pertanyaan yang mungkin jarang ditanya kepada anak mana pun. gimana kabarnya? gimana kuliahnya? gimana keadaan kampusnya? masih gerak syiar islamnya? gimana halaqohnya? gimana kabar organisasi yang kamu ikuti? lancarkan?

Sungguh Subhanallah, jika kedua orang tua menanyakan kondisi dakwah kampus kepada anaknya. Pertanyaan khusus untuk anak yang dididik dahsyat oleh orang tua sepeti ini.

Belajar dari Sang Ibu yang selalu menuntun dan membimbing anaknya di jalan yang baik ini. Patut disyukuri berada di sisi ke dua orang tua yang sangat mencintai anaknya hingga bisa masuk dalam tarbiyah yang baik ini. Belajar dari sang ibu yang dengan kelembutan hatinya terus menjadi motivasi hidup Sang anak meskipun ia jauh berada di sisinya namun Allah telah mendekatkan hati seorang anak dengan hati Sang Ibu. Belajar dari Sang Ibu yang dengan senyumnya sangat membangkitkan ghiroh juang anaknya untuk tetap berada di sini. kesederhanaan selalu mendidik untuk ikhlas dan sabar.

Belajar dari Sang Ibu yang selalu mengingatkan iman, islam, dan sehat kepada anaknya. Banyak sekali hal yang belum sepenuhnya dipelajari dari Sang Ibu. Kesabarannya membuat Sang anak semakin mengingat Allah. Canda tawanya membuat rindu kembali kumpul bersama sanak saudara. Sepi... tanpa Ibu. Ibu yang menjadi naungan curhatan anaknya, Ibu yang menjadi dokter untuk anaknya. Ibu yang menjadi penasihat terbaik bagi anaknya, dan Ibu yang senantiasa mengingatkan mati bagi anaknya.

Belajar dari Sang Ibu, yang ikhlas mendidik sang anak hingga masuk ke perguruan tinggi idamannya. Rela berkorban demi kebaikan anaknya agar menjadi penerus perjuangan dakwah ini yang tentu lebih baik darinya. Subhanallah...

Maka sangat tak pantas bagi Sang anak berbuat kasar kepada ibu yang telah berjuang melahirkan sang anak ke alam dunia, berkata dengan nada tinggi di hadapan Sang Ibu, apalagi sampai memukul Ibu yang sangat mencintai anaknya. Na'udzubillah...

Cintailah Sang Ibu, masih banyak hal yang belum diketahui Sang anak tentang kedahsyatan seorang Ibu yang menididk anaknya dengan ilmu pengetahuan agama dari kecilnya. Subhanallah. Belajarlah dari Sang Ibu kawan... bayangan senyumnya adalah pemantik semangat juang bagi anaknya...

3 komentar:

  1. "Gimana BEMnya?" wah, ibu hauli mantaBB...
    Sepertinya dakwah antum dah dimulai dari keluarga ya. Antum harus bersyukur. Berbeda kalau keluarga ane malah masih perlu di dakwah.

    BalasHapus
  2. hah...arsyil bisa aja...
    bersyukur itu harus...
    apapun keluarga kita itu nikmat tercinta dari Allah yang wajib disyukuri.
    kalo keluarga antum perlu didakwah berarti antum mulai harus menjadi penggerak dakwah... inget marottibul amal aj syil... mangatlah...

    BalasHapus
  3. ye ye ye, oke insyaallah.
    bahkan lebih luas lagi pangkalanbun neh sebenernya haus akan dakwah..

    BalasHapus